Kominfo Tantang RIM Dituding Persulit Bangun Pabrik
Kementerian Komunikasi dan Informatika menolak dituding jadi penyebab gagalnya rencana pembangunan pabrik BlackBerry di Indonesia. Jika merasa dipersulit, Research In Motion (RIM) ditantang kementerian yang dipimpin Tifatul Sembiring itu untuk menyebutkan, syarat apa yang dimaksud.
Menurut Kepala Humas dan Pusat Informasi Kementerian Kominfo, Gatot S. Dewa Broto, pihaknya selama ini belum pernah melakukan pertemuan khusus dengan RIM untuk membahas soal pembangunan pabrik BlackBerry di Indonesia.
"Pada 2009 kami lebih berbicara soal layanan purna jual, 2010 terkait filtering konten pornografi, dan Januari 2011 soal 4 poin yang dijanjikan RIM. Semuanya tak ada yang khusus membahas pabrik BlackBerry," tukas Gatot kepada detikINET, Kamis (22/9/2011).
"Nah, jika dibilang kita mempersulit RIM bangun pabrik BlackBerry, mempersulit yang mana dulu?" tukasnya.
Gatot memperkirakan, syarat yang dianggap enggan dijalankan vendor ponsel asal Kanada itu adalah soal pembangunan data center. Namun jikapun hal ini, RIM ketika pertemuan dengan Kominfo pada 17 Januari 2011 lalu sudah menyanggupi permintaan tersebut.
"Kalau dia mempersoalkan datacenter, toh mereka (RIM-red.) saja menyanggupi kok, kenapa dipersoalkan kembali? Meskipun hingga sekarang belum ada kejelasan datacenter tersebut akan dibangun di mana," lanjutnya.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian MS Hidayat memaparkan latar belakang mengapa RIM akhirnya memilih Malaysia untuk menjadi tempat produksi BlackBerry secara outsource.
Menurut Hidayat pihak Indonesia melalui Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan sudah dua kali bertemu pimpinan RIM di kantor pusat RIM di Kanada. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan di Indonesia, sampai akhirnya tak menemui titik temu terkait syarat yang disodorkan oleh menteri komunikasi dan informasi (menkominfo).
"Mereka kesulitan menghadapi persyaratan menkominfo, ada berapa persyaratan yang tak jelas," kata Hidayat kepada detikFinance, Kamis (22/9/2011).
Hidayat mengatakan setelah tak menemukan titik temu soal persyaratan tersebut, pihak RIM mendadak secara sepihak akhirnya memutuskan meng-outsource produksi BlackBerry mereka di Penang Malaysia. Padahal menurut Hidayat pihak RIM sudah menyiapkan rencana investasi skala besar mereka dengan nilai jutaan dolar AS.
Ia menjelaskan dalam tahap awal RIM mengedepankan produksi BlackBerry dengan pola outsource terlebih dahulu seperti yang dilakukan mereka di Penang saat ini. Kemudian dalam jangka panjang akan membangun pabrik dengan investasi skala besar.
"Yang dimaksud Pak Gita, nanti investasi besar mungkin mereka memulai dari sistem outsource dahulu," katanya.
Hidayat menambahkan apa yang ia lakukan bersama Gita Wirjawan adalah demi mendorong perusahaan multinasional yang memiliki pasar besar di Indonesia untuk membuat proses produksi di dalam negeri. Ia tak rela jika Indonesia hanya akan menjadi pasar saja, apalagi pada tahun 2015 nanti Indonesia masuk dalam masyarakat ekonomi ASEAN atau satu pasar ASEAN.
"Kita mencegah jangan market kita digunakan untuk investasi di negara tetangga," katanya.
Beberapa waktu lalu, Gita Wirjawan juga sempat mengatakan RIM ragu membangun pabriknya di Indonesia adalah karena permintaan pembangunan data center oleh pemerintah Indonesia.
Tak pelak, dengan dua komentar pejabat di atas, posisi Menkominfo Tifatul Sembiring seakan tersudut. Pun demikian, Gatot menegaskan jika Kominfo coba bersikap positif atas dua 'serangan' yang menyudutkan kementeriannya itu.
"Kami coba menanggapi positif saja, tunjukkan regulasi mana yang dimaksud RIM. Kominfo tidak mau selalu menjadi pihak yang disalahkan ketika ada investor asing yang batal masuk Indonesia," pungkasnya.
Labels: blackberry